Begitu banyak orang heran dengan Pulau Lombok. Dengan diameter sekitar 70 kilom
eter diukur dari Ampenan di sisi barat hingga ujung Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok masih dianggap sulit menandingi Bali dari sisi pariwisata. Padahal, puluhan obyek wisata eksotik bersemayam di pulau yang memiliki tiga kabupaten dan satu k
ota ini. Mulai dari Senggigi dan Gili Trawangan yang kadung popular di Lombok Barat, hingga pantai Kuta dan Surga di kawasan Lombok Tengah, tak jauh dari Mataram.
Situasi keamanan dan politik lokal yang kerap memanas di Lombok, mungkin menjadi pemicu atensi wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung lebih lama di sini. Yang lebih menyedihkan, Lombok, khususnya Mataram sebagai magnet propinsi NTB, konon tak banyak berubah dalam kurun satu dekade terakhir. Malahan NTB juga digolongkan sebagai salah satu propinsi termiskin di republik ini. Masya Allah…! Padahal sumber daya alam maupun kualitas intelektual masyarakat NTB cukup mumpuni.
Medio Juni 2007 lalu, tepatnya tanggal 12 – 15 Juni, saya berkesempatan berkunjung ke Lombok. Masih tetap mengusung program Lokakarya Manajemen Pers bagi penerbit lokal, yang dihelat kantor saya, SPS Pusat bekerjasama dengan Dewan Pers. Tiga puluh peserta dari penerbitan pers cetak se-NTB kami undang pada forum yang berlokasi di hotel Lombok Raya, tak jauh dari kawasan Cakranegara.
Letak geografinya yang hanya berjarak tempuh lk 1 jam perjalanan feri dari pelabuhan Benoa, Bali, membuat sebagian komunitas Hindu menghuni kota Mataram dengan konsentrasi di sekitar Cakranegara. Sekujur mata memandang di sekitar kawasan ini, banyak dijumpai bangunan fisik bercorak arsitektur Bali dan Hindu. Meskipun demikian, secara mayoritas penduduk Lombok menganut Islam, dan nafas religi Islam sangat kental di Pulau ini. Tak heran jika muncul julukan Lombok sebagai “Pulau Seribu Masjid”. Lantaran hampir di setiap desa atau kalurahan terdapat sebuah masjid. Kabupaten Lombok Timur, misalnya, juga dikenal sebagai daerah yang memiliki pondek pesantren lumayan banyak. Kota tua Ampenan bikinan Belanda, yang didominasi bangunan gaya Belanda, menjadi ikon lain pulau Lombok.
Siang jelang sore waktu setempat, saya dan kawan-kawan dari kantor mendarat di bandara Selaparang, Ampenan. Usai memberesi bagasi, kami segera meluncur ke hotel Lombok Raya, dengan singgah sejenak di Cakranegara untuk mengisi perut, menyantap menu ayam Taliwang, salah satu makanan khas Lombok. Gurih dan sedap rasa ayam Taliwang segera menyergap selera kami untuk dilahap sampai tuntas.
Di Mataram, tak banyak media harian yang terbit. Hanya ada tiga harian yang selama ini konsisten melayani pembaca di kota ini maupun ke seluruh Lombok dan NTB. Pertama dan terbesar adalah Harian Lombok Pos, satu grup dengan Jawa Pos. Berikutnya, adalah harian NTB Pos dan belakangan lahir Harian Suara NTB yang masuk dalam kelompok Bali Post. Harian Bali Post sendiri juga masuk ke Mataram, meski saya yakin penetrasinya tidak terlalu besar. Sehingga pantaslah jika kini mereka menerbitkan koran harian berbasis di Mataram berlabel Suara NTB tadi.
Selebihnya di Mataram dan sekitarnya pasar pembaca diisi oleh suratkabar mingguan (SKM), tabloid mingguan, dan majalah bulanan. Sebangun dengan di daerah lain, pasar media cetak di NTB –sebagian diantaranya– masih banyak menggantungkan pada iklan dari pemerintah daerah setempat. Seperti iklan ucapan selamat, informasi lelang pengadaan barang, dan sponsor artikel.
Ketika saya berada di Mataram, muncul kabar santer bahwa pemerintah propinsi NTB baru saja mendistribusikan ”dana pembinaan bagi pers daerah” kepada puluhan penerbit se-NTB dengan nilai miliaran rupiah. Koran-koran seperti Lombok Pos dan NTB Pos tak ketinggalan ikut kecipratan rezeki nomplok tersebut. Saya sendiri tidak tahu apa maksud pemberian bantuan semacam itu. Jika arahnya adalah untuk kepentingan pemberdayaan penerbitan pers, semestinya dana itu lebih baik dimanfaatkan untuk program pendidikan bagi para wartawan dan tenaga pemasaran penerbitan pers setempat.
Yang menarik, situasi di Mataram khususnya dan NTB secara umum, belakangan ini semakin memanas seiring meningkatnya suhu politik menjelang Pilkadasung pada Juni 2008. Walau masih setahun lagi Pilkadasung propinsi akan digelar, ancang-ancang para kandidat sudah kian terlihat. Sekurangnya saya mencatat ada beberapa nama yang sedang bersiap dalam etape menuju kursi DR-1 (DR adalah kode nomor polisi Lombok) alias Gubernur NTB. Mereka adalah Lalu Serinata (Gubernur incumbent), Wagub NTB, Rektor Unram, Sekda Propinsi NTB, Tuan Guru Bajang (salah satu ulama tersohor di Lombok), Ismail Husni (pemilik harian Lombok Pos), Harun Alrasyid (anggota DPD), Irjen (Purn) Farouk (mantan Gubernur PTIK), dan masih banyak yang lain.
Diantara tiga harian umum yang saya sebut di muka, dua diantaranya kini juga menjadi perbincangan publik media di Mataram. Pasalnya, secara tertutup maupun terbuka, kedua harian ini –Lombok Pos dan NTB Pos—dikait-kaitkan sebagai ”kendaraan politik” dua calon Gubernur NTB mendatang. Lombok Pos jelas akan berorientasi kepada sang pemilik yang juga berniat maju ke pilgub, yakni H Ismail Husni. Sementara NTB Pos, santer terdengar di belakangnya mendapat pasokan dana dari Lalu Serinata, gubernur sekarang. Bahkan beberapa kawan penerbit di Mataram sempat membisikkan kepada saya, jika diantara bantuan ”dana pembinaan pers” yang dikucurkan Pemprov NTB tadi, alokasi terbesar jatuh kepada NTB Pos. Wallahualam..!
Jika ini benar, maka perseteruan antar koran lokal yang sama-sama mengusung kandidat gubernur itu tak mungkin terelakkan lagi. Dalam situasi seperti ini, yang akan menikmati keuntungan justru koran dan media cetak mingguan lain yang masih menjunjung sikap independensi mereka. Bisa dimaklumi, kelak, jika iklan-iklan kandidat gubernur H Ismail Husni tak bakal dipasang ke harian NTB Pos. Pun sebaliknya, iklan-iklan kandidat gubernur Lalu Serinata mustahil mau dipasang di Lombok Pos.
Patut disayangkan, memang. Saya sendiri cenderung berpendapat, seyogianya pemilik kedua harian ini, jika benar-benar hendak maju ke pemilihan gubernur mendatang, tak usah terlalu eksplisit mengumbar hasrat politiknya menggunakan kendaraan media mereka masing-masing. Selain akan menjadi blunder politik –yakni mengurangi independensi media mereka—juga bakal mendapat empati negatif dari publik pembaca. Dipersepsi sebagai koran partisan. Sebuah sikap yang sejatinya sangat dihindari media cetak manapun.
Lepas dari potret politik terbaru di Lombok yang terkesan kuat memanfaatkan media lokal terlalu mencolok, saya memperoleh kesan pasar media di NTB sebenarnya belum terlalu menggembirakan. Dengan populasi Pulau Lombok yang kurang dari 4 juta jiwa, penetrasi oplah media di pulau ini –berdasarkan perhitungan kasar hasil bincang-bincang dengan kawan-kawan di Mataram— tak lebih dari 50 ribu eksemplar per hari. Disamping tiga harian umum yang konsisten terbit, pada umumnya media cetak lokal di NTB hadir dengan konsep mingguan umum. Oplah mereka pun, hanya dalam kisaran 500 – 2000 eksemplar.
Di luar pulau Lombok, masih di propinsi NTB, terdapat dua harian lain yang cukup eksis. Mereka adalah Bima Ekspres di kota Bima, pulau Sumbawa, dan Radar Bima. Khusus Radar Bima, dilahirkan dari rahim Lombok Pos. Boleh jadi, kehadirannya untuk menyaingi Bima Ekspres yang sudah terbit sejak tahun 2000.
Beberapa kelemahan klasik sebagaimana dialami media-media cetak lokal di luar pulau Jawa, saya jumpai pulau dalam forum lokakarya ini. Rata-rata mereka memiliki kelemahan di bidang kualitas SDM. Miskinnya lapangan kerja baru yang bisa dimunculkan oleh pemerintah propinsi maupun kota dan kabupaten di NTB, disikapi para penerbit media lokal di sini sebagai alternatif lapangan kerja yang bisa diharapkan. Yang memprihatinkan, saya sempat mendengar ungkapan –meski ini terjadi ketika belakangan saya mengunjungi Kota Bima (6 – 9 Juli)—dari seorang penerbit media cetak lokal di NTB, “Ketimbang menganggur, bang, mendingan kami membuat koran.” Masya Allah..!
Kesempatan kerja yang sempit dan meningkatnya laja pengangguran terbuka, menjadikan pilihan anak-anak muda –rata-rata penerbit media mingguan di NTB adalah anak-anak muda (kisaran 30-an awal)—ini mempertaruhkan kredibilitas dan martabatnya untuk menerbitkan koran-koran mingguan. Meskipun dengan modal pas-pasan. Koran mereka dicetak dalam wujud foto copy, misalnya.
Tak heran, jika kemudian diantara mereka sempat menanyakan kepada kami, apakah penerbitan pers dengan cetakan foto copy dilarang? Atau, bagaimana dengan media mingguan yang dicetak menggunakan printer bubble jet? UU No. 40/1999 tentang Pers memang tidak secara eksplisit melarang format foto copy atau printer bubble jet dalam penerbitan pers. Yang diharuskan, antara lain adalah, penerbitan pers bersangkutan mesti berbadan hukum. Bentuknya bisa dari mulai koperasi, yayasan, CV, hingga PT. Nah, soal inilah yang agak bermasalah. Saya menjumpai, beberapa diantara mereka masih belum berbentuk badan hukum.
Secara legal formal, setiap usaha yang mengarah kepada bisnis, semestinya harus memiliki izin badan hukum atau badan usaha. Karena ini akan menyangkut pelbagai aspek turunan, semacam perpajakan, transaksi perbankan, dan sebagainya. Masalah lain juga akan muncul, karena UU Pers mengamanatkan bahwa penerbitan pers bersangkutan harus mencantumkan nama dan alamat percetakan yang digunakan pada bagian box redaksi. Kalau mereka mempergunakan bentuk foto copy atau dicetak dengan mesin printer biasa, jelas klausul ini tidak bisa mereka penuhi. Alias, bisa disebut melanggar UU Pers.
Temuan-temuan semacam ini, buat saya tidak terlalu aneh, mungkin karena kerap mendapati saat berjumpa dengan penerbit-penerbit lokal di daerah lain di luar pulau Jawa.
Kelemahan lain, masih menyangkut kelemahan SDM, adalah miskinnya kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan produk dan pemasaran penerbitan mereka. Ujung tombak pasar bagi sebagian penerbitan di NTB adalah kantor-kantor pemerintah kota, kabupaten, dan propinsi. Karena itu aneh bagi saya, ketika ada sebuah penerbitan di NTB yang dengan bangga menyebutkan dalam salah satu halamannya, jika penerbitannya “terdaftar di kantor BIKD (Badan Informasi dan Komunikasi Daerah) NTB”. Padahal tak ada kewajiban bagi penerbit pers sekarang untuk mencatatkan namanya di kantor BIKD atau Kominfo lokal. Seperti ketika masih berlaku rezim SIUPP di masa Orde Baru, yang mengharuskan penerbit pers terdaftar di Departemen Penerangan.
Dengan hanya mengandalkan pasar pada komunitas kantor-kantor Pemkab, Pemkot, dan Pemprov, bisa dibayangkan berapa besar penetrasi pasar mereka. Saya pun memberikan pendapat kepada kawan-kawan ini, bahwa semestinya mereka harus menjadi “koran rakyat”. Penerbitan pers yang mengakar kepada pembaca masyarakat secara umum, dan bukannya sekadar dibaca oleh aparat pemerintah daerah.
Kekuatan sebuah penerbitan pers adalah ketika memperoleh legitimasi pasar dari masyarakat luas sebagai pembacanya. Sehingga penerbit pers tersebut bisa menjual potensi dan profil pasar pembacanya kepada calon pemasang iklan secara lebih efektif.
Mata rantai kelemahan koalitas SDM tersebut akhirnya menjalar pada koalitas isi penerbitan mereka. Saya menjumpai pada beberapa penerbitan di NTB masih kerap terdapat kesalahan-kesalahan logika bahasa dan struktur kalimat yang “njelimet”. Alias sulit dimengerti apa yang dimaui oleh wartawan dalam tulisannya. Implikasinya, hal ini tentu akan menyebabkan pembaca merasa malas membaca tulisan-tulisan itu. Belum lagi soal kode etik jurnalistik yang masih sering terabaikan. Menulis seseorang yang belum tentu terbukti bersalah –dalam kasus dugaan korupsi, misalnya—tidak diperkenankan mempergunakan nama terang dan harus mencantumkan kata seperti ”diduga bersalah”. Kecuali merupakan hasil kutipan penyelidikan yang telah usai dilakukan aparat kepolisian dan kejaksaan, yang karenanya boleh dicantumkan nama terang si empu nama tersangka atau terdakwa.
Saya juga mencoba membantu mereka untuk mengarahkan agar tidak selalu terjebak pada segmentasi dan positioning produk sebagai media cetak umum. Misalnya dengan menggarap komunitas sekolah atau anak-anak. Lewat cara ini, persaingan berdarah-darah memperebutkan pasar pembaca dan pengiklan yang belum besar bisa disiasati dengan cara yang lebih cerdik. Sekaligus menjadikan mereka menemukan pasar-pasar pembaca anyar yang tidak kalah potensinya untuk digarap dalam jangka panjang. ***
yang saya tau ntb post disini bersikap netral,di ntb ini kita tidak hanya membaca satu koran saja yang saya lucukan lombok pos kok memuat berita ismail husni saja mentang2 mau jd gub.apa ada koran di indonesia ini mebritaka tentang pimpinan koran itu,kita butuh berita bukan berita tentang pimpinan koran itu,ya jelas lah orang tidak mau berlangganan lagi karena beritanya ttg pimpinannya saja.tentang pemilihan gubernur saya tidak terlalu memilih yang penting ntb bisa maju dan tidak mementingkan sukuisme semata
pada dasarnya menyikapi hal seperti ini utamanya tentang media yang memiliki unsur kedekatan dengan siapapun tentu tidak gampang, terlebih menasehati media tentang tugas dan kewajibannya pasti akan sulit, wong tuan guru aja bisa dikritik oleh media. apalagi pejabat dan penjahat.lantas siapa yang berperan penting meluruskan media…….? ya kita amak – amak kangkung dan inak-inak ebon ini…..nah oleh karena itu mari kita bersama-sama sebagai bagian dari warga ntb utmanya secara pribadi, meski kita adalah seorang pejabat yang NB harus manut kepada atasan. mau memberikan sangsi kepada media-media yang sedikit nyeleneh dari koridornya.
mungkin beberapa media yang turut serta memanaskan suhu politik dintb salah mengartikan tentang pers sebagai 1 dari 3 pilar demokrasi. kita sama-sama tau kalo 2 pilar yang lain telah banyak mendapat tekanan baik secara kelembagaan maupun personil…misalkan tekanannya ya macam-macam dari pindah ruangan.pindah posisi.pindah korsi pindah porsi hingga pindah pulau…..
nah kalo di kantor sudah langanan bok ya dirumah ga usah, mari kita becermin kepada demokrasi dunia barat. mohon maaf aja yah….kondisi ini sendiri tercipta ketika rakyat mau melakukan perombakan besar terhadap indonesia…nah ujung-ujungnya ketika reformasi politik pemerintahan dalam hal kebijakan dan kebebasan demokrasi itu tercapai tidak disertai dengan meningkatnya sdm kita untuk menjadi modal menganalisis fenomena aneh seprti sekarang ini.
sya cuma berharap kepada masyarakat cerdas di ntb untuk mau memberikan pemahaman tentang pers sebenarnaya kepada masyarakat sebagai media kontrol media.
nah buat teman-teman KULI TINTA sy yakin tau beuldengan tuga sdan perannya sebagai wakil dari ribuan bahkan jutaan masyarakat pembaca..oleh sebab itu mari anda sebagai pilar perusahaan media memberikan koreksi dengan cara memberikan porsi liputan maupun laporan-laporan berita yang memang-memang penting untuk dibaca masyarakat soalnay pertaruhannya cuma 2….dibaca atau dijadikan bungkus nasi granada..ayo pilih mana….apa arti nilai intelektual dari seoarang jurnalis ketika tulisnya hanya dijadikan bungkus nasi atau alas tidur gelandangan…kan lebih enak kalo anda dapat gelar tinggi-tinggi ga bebanin ortu.. soalnya yang biayain kuliahkan ortu..tapi yang memetik keuntungan besar justru perusahaan media yang berkiblat pada PITI….ed caru ringu luek piti ne…….
kalo salah tolong dikoreksi kalo benar tolong dilanjutkan kalo ngoyo ya apa boleh buat…masyarakat berhak mengajukan keberatan kepada media bahkan membubarkan media melalui lembaga resmi pemerintah yakni dewan pers….. boleh kok sah-sah saja…..
jangan hanya demi uang dibawah umr teman-teman media mau mengorbankan keringat para petani yang menunggu lahirnya kebijakan yang bagus.kalo mereka kan jelas menghasilkan beras yang sudah pasti kenyang kita kelorin tapi kalo teman pers yang tidak coverallside ya jelas nanti dibilang fitnah dan tentu sudah mudarat…BGM BRO??????? bingung ya ini pengalaman empiris saya ok
We would like to introduce our new ECO hotel on Lombok named
“Lombok-Cottages”. It contains two locations:
Crocodile River Cottage (6 bungalows, 2 stories each) in Meninting
directly at the river and
Dolphins Bay Cottage (2 bungalows, 2 stories each) at Sekotong area in
front of Gili Nanggu.
Our prices range from 70 Euro up to 120 Euro (depending on the size of
the Bungalow) including roomservice and breakfast .
Please have a look at http://www.lombok-cottages.com for more
informations or send an email to info@lombok-cottages.com
salam kebahagiaan
wah-wach tidak terasa sebentar lagi daerah kita ada gawe besar yakni pemilihan kepala daerah. sebagai rakyat mustadafin saya hanya mau mengatakan”””” tolong jangan buat daerah kita menjadi ladang persaingan yang tidak sehat apa lagi berbuat propokasi, karena pada dasarnya pemilihan kepala daerah adalah untuk mencapai kemajuan daerah yang kita cintai ini “”””.
hari gini..kok masih banyak orang yang berfikiran primitip alias kampungan dan yang lebih disayangkan lagi adalah orangnya merupakan intelektual-intelektual kita yang bakal jadi pengayom masyarakat. ini terlihat adanya pemihakan beberapa media kepada salah satu tokoh.
masayarakat kita sekarang bukan seperti masyarkat tempoe doelou, yang selalu samikna wa’ataknaa terhadap seorang pemimpin.
marilah kita semua kembali kepada niat yang ikhlas untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat kepada daerah kita.
Sy dinegeri rantau ingin bergabung dgn anda dn ingin mengabarkan tmn2 sentb yg suka dukanya kerja diluar negeri(arab saudi).kl boleh tlg di bls ke email sy.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun” Mari kita turut berduka cita atas kematian salah seorang sopir asal daerah dsn tumbu lotim A.n (mohsinin).mayat dikabarkan mengalami kecelakaan dikota taif bersama saudara dan anak majikannya.sementara ini mayat msh di rmh sakit taif krn dlm proses polisi setempat dn menunggu surat ijin pemakaman dr keluarga yg di lombok dn sayangnya mayat tsb sdh 3 hr diRS .wsslm cuma ini yg bs sy khabarkan.
“kami di timur tengah (makkah k.s.a) mengomentari pr cagub NTB yg berkoalisi utk mjd org nmr Wahid di NTB. Para cagub yg km hormati anda boleh mencalonkan diri baik dr golkar ataupun dr parpol lain yg penting kepemimpinannya bung.krn selama ini kepemimpinannya terlalu lemah contohnya byk pembangunan blm merata di NTB dn lagi ribuan anak tdk sekolah di loteng krn kemiskinan yg di alami oleh warga loteng.utk itu mari pr cagub kt introspeksi diri kt krn kemiskinan di daerah ntb paling tinggi di banding dgn daerah lain. Dan kepemimpinan anda adalah amanat warga ntb dn itu anda pertanggung jawabkan dunia akhirat.wassalam !
buat para cagub yan terhormat.,besok kalo dah jadi tolong ya aspirasi masyarakat didengar..,Di NTB itu jangankan untuk bertemu GUbernur ketemu ketua Hansip aja susahnya 17 setan.., satu lagi pelayanan berokrasi pusing tujuh keliling kalo kita ngurus sesuatu..,dibuat ribet dan kelihatan cendrung dipersulit belum lagi dengan raut muka yang tidak bersahabat sama sekali..Tolong ini diperhatikan ma Bapak-bapak nanti…
saya sebagai rakyat NTB biasa ikut memperhatikan perkembangan balon gubernur NTB.saya sangat tidaksetuju jika TG Bajang yang menjadi pemimpin NTB,mengapa? alasan saya tidaksetuju;pertama,masa’ rakayat NTB hanya disuruh melakukan sholat dan zikir saja?kedua,bagaimana dgn nasib yang memiliki agama yang berbeda?apakah mereka disuru masuk agam islam?ketiga,jika TG bajang akan menang,kemungkinan besar wanita di NTB ini akan memakajilbab,jelas itu pemaksaan,dan yang terakhir adalah bagaimana perkembangan dan kemajuan NTBjika dipimpin oleh Bajang?. saya juga tidak setuju jika Zaini Aroni dan Serinate yang menjadi gubernur NTB,pasalnya mereka berdua adalah tukang KORUPTOR di NTB. mohon KPU dan Kejagung menangkap mereka. saya jg tidak setuju jika Ruslan menjadi Gubernur,pasalnya Ruslan tidak memiliki kewibawaan dan kebijaksanaan seorang pemimpin,ia hanya mengandalkan PREMAN-PREMANnya saja. Saya jg tidak memilih FM karena saya tidak mengenal beliau. saya sangat setuju jika yang memimpin NTB ini adalah Harun AlRasyid dan Ismail Husni,alasan saya karena Ismail Husni merupakan orang yg cerdas,bertanggung jawab,wibawa dan sgt memperhatian nasib NTB.figur yg BAIK dan TEPAT untuk rakyat NTB. saya harap kepada semua masyarakat bisa memilih dengan objektif dan memikir untuk NTB kedepannya. JANGAN memilih pemimpin hanya gara-gara DUIT….
Baik sekali jika yang me mimpin NTB kita orang yang tidak ada unsur koruptornya,dan yang lebih baik dari itu jika pemimpin menyeru kepada amar ma’rup dan nahi munkar,bukan kah ini karekteria pemimpin dari sejak dulu pada zaman Rasulullah s a w , karena tugas pokok pemimpin yaitu: untuk memajukan agama dan memajukan sarana yang mendorong maju nya agama .
to.sari…apapun pendapat anda saya tetap mendukung Tuan Guru Bajang karna beliau orang jujur,bersih dan alim..keraguan anda tidak didukung dengan argumen yang bisa dipegang…Rosulululloh dulu pernah memimpin tapi tidak pernah memaksakan kehendak..Lakum dinukum waliadin..3mksh
saya sependapat dengan bang mukhtar…mari kita pilih pemimpin yang jujur,bersih dan alim supaya koruptor hengkang dari NTB yang kita cintai ini…Amin ya Rabbal alamin
menurut saya, pemimpin daerah NTB yang ideal adalah seorang Raja yang bengis dan kejam tanpa toleransi terhadap ketidakadilan kemiskinan dan kebodohan serta yang tidak segan segan menggantung bapaknya sendiri bila korupsi dan menunjukkan diri bahwa dia adalah PELAYAN RAKYAT yang seharusnya menghirup udara bercampur kotoran kuda kering di jalanan lombok. tidak perlu silau oleh segala jenis embel embel merek cap yang diberikan oleh suatu institusi atau masyarakat atau membeli titel di kampus sarjana kilat. pemimpin NTB itu seharusnya faham seluk beluk terbitnya matahari di timur sumbawa dan tenggelamnya matahari di barat kerandangan sehingga tahu mana bayi yang kurang terpelihara dengan baik dan mana pemuda yang seharusnya disiapkan untuk mendidik NTB bukannya menjual tanah upacara rakyat sejak berabadabad yang lalu kepada investor. atau mungkin usia saya terlalu dini untuk mengatakan hal hal yang menurut saya mimpi.mungkin sebaiknya NTB tetap seperti dulu,tetap miskin,tetap banyak rampok, dan tetap banyak masjid. mo sholat dimanapun di seantero pulau tinggal berhenti.
alhamdullah kita panjakan puji syukur kepada ALLAH SWT, atas berbagai nikmat-NYA kepada kita semua.
saya setuju sekali TG BAJANG di calonkan menjadi pemimpin NTB,karna orangnya mengerti agama,dan juga sebagai pempin umat islam.di wilayah lombok,otomatis akan bisa bertanggung jawab atas kepempinannya sebagai mana sabda Rasullah saw:setiap kita itu adalah pemimpin dan setiap pemimpin pasti di minta pertanggung jawabannya atas kepempinannya kepada ALLAH
kita hidup dituntut untuk profesional dalam segala hal. kalao TGB niat ngurus umatnya kenapa gak dakwah saja toh sama-sama melakukan amar makruf nahi mungkar. bukankah the rigt mant the right place so kalo umat yah dipimpin tuan guru kalao urusan pemerinthan biarlah yang nagtur orang-orang yang sudah memiliki kemampuan dalam hal itu biar jelas dan kita tau gimana hasilnya.
saya setuju dngn si bule,promosikan parawisata,itu bagus
abu smira,…..tg bajang bisa politik ngga,ane takut ntar kmakan suaranya sendiri,tg bajang bagus ngurus nw,….brmbe batuuuuuuur
bukan saya memfitnah,asli saya lihat dan dengar di chanel arriadh saudi,satu tkw indonesia di jadikan obok2 8 tki banglades,ada yang bayar 50,80,100 kata si tki setelah di introgasi polisi,…..itu terjadi 8 hari lamanya,d dlm kamar di temukan kondom,pill anti hamil dn lainya,…..itu beritanx
yg mo jadi gubernur tolong,……setelah d pilih nanti ingat janji dan jangan lupa apa itu tugas,…..emban tugas dengan baek dan jujur perhatikan rakyat kecil,mentang2 tuan tanah di dahulukan rakyat kecil d obok2,…….ingat gaji anda adalah keringat mereka,….betul,..?
yupz……. masalah-masalah di lombok memang cukup banyak. Aku menyayangkan diri sendiri karena selama ini aku sibuk dengan berita-berita yang terjadi di Jogja. Padahal aku adalah ANAK LOMBOK. Tapi karena panggilan belajar aku harus ninggalin Lombok sejak kecil sampai kuliah sekarang. Aku juga ga ngerti banget. Tapi aku cuma mo bilang az kalo figur seorang pemimpin ga cuma diliat dari ketenarannya atau karena keislamannya. Menurut aku, seorang pemimpin yang baek adalah ia yang memiliki kredibilitas dan integritas baik dalam bidang agama, politik, hukum, sosial dan lainnya. Sehingga akan terjadi keselarasan bukan ketimpangan. Saat ini bukan waktunya memilih karena sebuah fanatisme. Tapi yang harus kita kedepankan adalah rasionalisme. Lam kenal buat temen2 semuanya.
PESAN RAKYAT @ SEMUA WARGA NTB KEPADA PARA CALON GUBERNUR.
Kami para perantau di negeri jiran Malaysia berharap sekali. Siapapun yang terpilih nantinya hendaklah betul2 memegang amanah, jangan materialistik. Utamakan kepentingan rakyat dahulu baru kepentingan pribadi.
Wahai Bapak Gubernur, kami sudah lama merantau di Malaysia. Udah terlalu banyak warga Lombok yg berkampung di Mlaysia oleh karena ISI PERUT yg kurang.
Jadi, tolonglah……usahakan supaya gimana pulau Lombok menjadi suatu daerah yg bisa menjamin kehidupan bagi para penduduknya.
Capeeeek pak…. jauh dari family tercinta.
Jangan salah gunakan kepercayaan yg di berikan oleh rakyat.
NERAKA JAHANNAN kelak akan menanti ANDA wahai para KORUPTOR……………!!!!
10Q
PESAN RAKYAT @ SEMUA WARGA NTB KEPADA PARA CALON GUBERNUR.
Kami para perantau di negeri jiran Malaysia berharap sekali. Siapapun yang terpilih nantinya hendaklah betul2 memegang amanah, jangan materialistik. Utamakan kepentingan rakyat dahulu baru kepentingan pribadi.
Wahai Bapak Gubernur, kami sudah lama merantau di Malaysia. Udah terlalu banyak warga Lombok yg berkampung di Mlaysia oleh karena ISI PERUT yg kurang.
Jadi, tolonglah……usahakan supaya gimana pulau Lombok menjadi suatu daerah yg bisa menjamin kehidupan bagi para penduduknya.
Capeeeek pak…. jauh dari family tercinta.
Jangan salah gunakan kepercayaan yg di berikan oleh rakyat.
NERAKA JAHANNAM kelak akan menanti ANDA wahai para KORUPTOR……………!!!!
10Q
Indepedensi media?????? obyektivitas media???? Versi siapa????
Sudahlah, sudah terlalu lama ini diperdebatkan bahkan bahasa-bahasa diplomasi itu sudah “expired”, kecuali bagi mereka yg kehabisan bahan untuk diangkat ke permukaan.
Apapun pendapatnya….apapun pandangannya, media selalu berusaha “obyektif” dengan “subyektivitasnya”. Mau dikemas dalam format apapun, ya tetap akan seperti itu.
Jangankan media lokal, media nasional saja pasti ada “some one at back side”. Metro TV ada Surya Paloh, dibelakang Surya Paloh ada Golkar dst. Akhirnya kita kejebak di lingkaran setan kan?
Kalo memang berniat mau mencerahkan masyarakat dengan platform “independen dan obyektif” maka dirikan media, tapi tentunya kita akan bertanya “siapa yang mau membiayainya?” terjemahan halus dari “siapa mau berdiri di belakang kita?”
Nah kan ?
hahaha…Ada – ada aja komentarnya… ketakutan yang diada – ada. misalnya gubernur TGB takutnya wanita dusuruh berjilbab…trus takutnya disuruh pindah agama?
hmm…spertinya sebelum berkomentar sepertinya temen2 NTB harus lebih banyak belajar lagi…dan menghilangkan pikiran negatif…
– TGB jadi gubernur
— Takut disuruh pake jilbab? — bukanya itu ajaran agama? menutup aurat?
— disuruh pindah agama? — weitz…Islam melarang umatnya untuk memaksa pindah agama. Hukum di Indonesia pun gt.
– serinate?
— koruptor? waduh…jangan gt deh… tau korupsi darimana? berita?? nah loh… klo kalian semua saya tudah koruptor gimana? buktinya…kalian tuh…buang2 waktu? gak belajar mencerdaskan diri kalian? itu juga korupsi loh?
— Harun? hmm…ada yang pendukung harun neh… harun mah, juga korupsi…bedanya dia gak ketauan aja..mau bukti? gak usah lah ya…biarkan saja,,,yang penting kepemimpinannya…toh kalian juga korupsi kan 😀
— Ruslan?
— ini mah emang preman coy… hati2 yang dimataram. Ini orang bikin Mataram jadi ” Jakarta Wannabe” or ” Ruko terpanjang di Indonesia ”
— tata kota gak beres
Disini, saya cuma ingin kepada teman2 di NTB, be smart!! gak usah menjelek2an orang2… dan jadilah cerdas…!! creative…berusahalah ciptakan lapangan kerja
gak usah nunggu pemimpin saja, tapi berusahalah bangkit. bukankah Tuhan tidak akan merubah suatu kaum klo kaumnya itu gak mau usaha?
Hmmm… mudah2an saja…setelah beres S2 bisa bikin usaha yang memajukan NTB
SAYA PASUKAN # INDONESIA UNITE MENATAKAN MENUTUK SEGALA APAPUN TERORISME DAN “KAMI TAIDAK TAKUT” KALO MAU IKUT DI INDONESIA UNIAIT KLIK http://WWW.INDONESIAUNIT.COM ATAU MELALUI TWWITER
Bang,,,, gimana perkembangan wisata kita menurut penilaian abang…???salam kenal dari…Bajang Lombok timur…
Tulisannya bagus (kata-katanya) tapi alurnya kesana kemari, kurang fokus. Antara membahas suasana politik, dunia pers lokal, atau wisata dan masyarakatnya.
Sorry, ini sebuah kritik dari orang awam kepada seorang professional pers.
Pengennya bawa rakyat NTB bersih. Itu aja! Namun gimana mau bersih kalo perut aja masih lapar. Kita begitu kaya dengan hasil Bumi, kemana itu semua. Wisman yang datang bawa Valuta, itu pada kemana? Aku kadang tak berdaya kalo pulang kampung melihat kelaparan, kekotoran, keterbelakangan, keterlantaran. Mau bantu juga kadang tak berdaya karna kemampuan terbatas. Ada Telinga dari pak Politik? Penentu kemajuan.
Di segala bidang,NTB masih kalah jauh dari Bali… Padahal jarak Bali dengan NTB (Lombok sbg salah satu pulau NTB) hanya 35 km! Coba cari tau apa penyebabnya?
Rakyat yang belum siap untuk maju. Pendidikan central kemajuan masih terbelakang. Kita negara Konsumtif yang membabi buta. Rakyat tidak diberi pengertian untuk berpikir jauh. Inilah tugas pemerintah.
Di Republik tercinta ini banyak orang yang bisa berbicara, berkomentar dan mngkritisi kbijakan – kbijakan pemerintah,namun bagi saya yg trpenting lisanul hal afsohu min lisanil maqal/talk less do more….
Kalo mau maju harus bisa dengar kritik. Negara yang tidak membiarkan rakyatnya untuk bicara akan terbelakang terus. Karna bicara adalah kemajuan.
haiii……………….????
seru ya dengar politik di indonesia ini sampai-sampai urusan wni kawin dengan wna harus bayar jaminan 500 juta,
Bagaimana dengan aku yang pacarku mau mu’alaf meninggalkan agama demi cinta tapi tidak bisa bayar uang jaminan 500 juta.
apa prustitut yang bertebaran dimana-mana disyahkan masalah privasi orang jangan dong diurus
waooh hukum apa ini yang berlaku.
kita harus propesional dong kalau mau jadi orang yang baik betakwa pada ajaran islam jangan dong sampai perkawinan harus dinilaqi dengan uang….
emas kali ha..ha..ha
capek deh jaman segininya masih ngurus orang…
aku warga yang baik
apa sebaliknya kalau orang yang keluar dari islam dihalalkan ya …………………..
kayak gini caranya mau tidak mau kami yang muslim mungkin akan mengikuti agama kristen ………….
Good show ya ….
thank aku yg kecewa dengan aturan ini
Aku mempertanyakan Agama Islam yang menyebar ketakutan dan kecemasan di Dunia. Agama ini aku anut karna aku tahu Agama Islam mengajarkan aku Toleransi dan Respek. Aku lahir dan besar diantara Pura dan Gereja. Mengapa sekarang dipertanyakan? Bahwa ada Agama lain jauh sebelum agama Islam lahir jelas tertulis dalam Alquran. Semua Jiwa yang lahir adalah kehendak Allah SWT. Manusia tidak berhak menghapus hidup yang dikehendaki Allah SWT. Saya tidak berdaya menjawab pertanyaan2 orang sekeliling yang bertanya apakah Agama ku menghendaki kehancuran dan pembunuhan yang terjadi. Agama adalah hubungan kita dengan Allah. Orang lain tidak bisa menambah dosa atau Pahala kita. Terkecuali kalau kita menanam kebaikan.
Semoga kita semakin ditanami Kesabaran dan kedamaian dalam hati. Aku ingin Damai.
Amin.
kemana etika profesional yg dibincang-bincangkan dalam pendidikan yg diluncurkan mentri pendidikan dan para pejabatnya/
akankah itu hanya teori semata yang hanaya diperuntukkan untuk pelajar tapi tidak di aplikasikan.
Second, the green light on the motherboard can help a technician
recognize whether the power supply is capable of supplying power to the
computer. Choose a shade that is complimentary to your lipstick shade.
The best way to end a leak in between the filters housing and
the shell is by draining some of the water in your tub to get
it underneath the filter.