Awal Maret 2006 ketika saya mengunjungi Palembang, saya belum menjumpai kenyataan pertumbuhan koran-koran baru yang fenomenal di kawasan Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel). Namun kini, tanggal 26 – 29 Juni 2007, tatkala saya kembali bertandang ke bumi Sriwijaya itu, pertumbuhan koran-koran lokal –yang terbit dan beredar di kota dan kabupaten—sungguh menakjubkan.
Di beberapa kota dan kabupaten di propinsi Sumsel, Bengkulu, Jambi, dan Lampung, bermunculan koran-koran baru yang menginduk kepada koran propinsi. Nyaris semuanya memang berada dalam kelompok Jawa Pos. Atau kalau di kawasan Sumbagsel, induk utamanya adalah Sumatera Ekspres (Palembang), Radar Lampung (Lampung), Rakyat Bengkulu (Bengkulu), dan Jambi Independent (Jambi). Di luar koran-koran milik kelompok Jawa Pos, memang masih terdapat nama-nama koran seperti Sriwijaya Pos (KKG di Palembang), Bangka Pos (KKG di Bangka), Berita Pagi (di Palembang), Transparan (Palembang), dan Lampung Post (Media Grup di Lampung).
Nama-nama penerbitan koran lokal itu antara lain Bungo Pos dan Radar Bute (Kab Bungo, Jambi), Linggau Pos (Kab Lingau, Sumsel), Radar Sarko (Kab Merangin, Jambi), Oku Ekspres (OKU, Sumsel), Radar Pat Petulai (Curug, Bengkulu), Soralangun Ekspres (Soralangun, Jambi), dan masih banyak yang lain. Barangkali tak banyak orang yang tahu nama-nama koran lokal itu, kecuali masyarakat lokal tempat koran itu terbit. Pasalnya, mereka umumnya mengusung nama daerah sebagai branding penerbitannya.
Dan, kawan-kawan dari penerbitan koran lokal itulah yang sebagian besar hadir pada lokakarya manajemen pers yang diselenggarakan kantor saya bersama Dewan Pers di hotel Horison, Palembang akhir Juni lalu. Di luar mereka, teman-teman penerbit dari Radar Palembang, Bangka Pos, Babel Pos, Transparan, Jambi Ekspres, Bengkulu Ekspres, Rakyat Bengkulu, Berita Pagi, Lampung Post, Radar Lampung, dan beberapa penerbit mingguan dan bulanan lain yang turut hadir. Hanya Sriwijaya Pos, salah satu penerbit koran besar di Sumbagsel yang ternyata tidak mengirim wakil mereka. Saya sendiri kurang mengerti alasan mereka tidak datang.
Melihat kenyataan perkembangan penerbitan koran di Sumbagsel yang sedemikian pesat, jelas saya sangat bahagia. Ini sebuah realitas yang menggembirakan. Karena begitu banyak koran harian yang mampu terbit di daerah kota dan kabupaten. Ketika saya bertanya apakah Anda bisa hidup hanya mengandalkan pasar sebuah kota atau kabupaten di Sumatera Selatan atau Bengkulu, misalnya? Seorang kawan dari penerbit koran lokal itu menjawab, ”Kalau tidak bisa hidup, tak mungkin perut kami bisa segendut sekarang, bang,” tukas kawan tersebut sembari memamerkan perutnya yang memang mulai membuncit.
Tentu itu sebuah jawaban kelakar. Tapi saya menanggapi dengan serius. Benak saya langsung mengembara kepada konsep model manajemen penerbitan koran lokal yang selama ini dikembangkan oleh Jawa Pos Grup. Diawali oleh barisan Radar di Jawa Timur, lalu berkembang di kawasan Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumbagsel, Jawa Pos Grup mengembangkan pola terbit koran-koran lokal dengan penetrasi oplah kisaran 1.000 sampai 2.000 eksemplar/hari. Bergantung dari kapasitas ekonomi setempat.
Diantara koran-koran lokal itu, belum semuanya memiliki mesin cetak. Beberapa diantara mereka, khususnya yang terbit di Sumatera Selatan, masih ada yang harus dicetak di mesin cetak milik Sumatera Ekspres di Palembang. Pun dengan di Lampung, Jambi, dan Bengkulu. Hanya beberapa yang sudah cukup mapan, mendapat ”giliran” mesin cetak dari kelompok Jawa Pos.
Begitulah pengembangan bisnis koran lokal ala Jawa Pos Grup. Punggawa koran-koran lokal yang terbit di Sumbagsel itu, sebelumnya adalah para personil induk penerbitan mereka di kota propinsi. Dengan mengirim 1 – 2 orang dari kota propinsi ke tiap kota dan kabupaten, para ”komandan lokal” itu lalu diharuskan membentuk tim kerja sendiri di kota masing-masing. Taruhan mereka sebenarnya sangat besar. Bisakah hidup ”layak” di kota anyar tempat menerbitkan koran baru itu.
Satu hal yang dari dulu saya cermati sebagai sebuah tradisi menarik dari Jawa Pos Grup, terutama dari cara berpikir Dahlan Iskan, adalah tidak menabukan kompetisi. Cobalah tengok di kota Jambi. Untuk ukuran kota sebesar Jambi, ada dua koran milik Jawa Pos Grup yang sama-sama bisa bertumbuh dengan baik –Jambi Independent dan Jambi Ekspres. Pun di Bengkulu, kota yang lebih kecil lagi dari kota Jambi, muncul Rakyat Bengkulu dan Bengkulu Ekspres.
Turunan dari pola persaingan sesama koran dalam satu grup itu, ternyata juga menular ke koran-koran lokal di kawasan Sumbagsel. Demikianlah yang diakui teman-teman pengelola koran-koran lokal itu. Jadi, tak perlu heran jika, misalnya, di kabupaten Bungo, Jambi, yang beribukota di Muara Bungo kini hadir dua koran lokal sekaligus. Mereka adalah Bungo Pos (terbit sejak 2004) yang menginduk kepada Jambi Ekspres dan Radar Bute (terbit sejak akhir 2006) berinduk kepada Jambi Independent.
Menurut Wildan, dari Bungo Pos, iklim persaingan seperti ini memang sengaja diciptakan seperti halnya yang berlangsung pada induk koran mereka masing-masing di kota Jambi. Tak heran, dalam banyak hal, khususnya menyangkut inovasi produk, keduanya saling berlomba untuk menciptakan yang terbaik bagi pasar pembaca dan pengiklan mereka.
Asal Anda tahu saja, kota Muara Bungo yang berjarak tempuh 250 km atau lima jam perjalanan mobil dari kota Jambi, hanya berpenduduk sekitar 500 ribu jiwa. ”Namun prospek ke depan lumayan cerah,” kata Wildan. Di kabupaten ini, ekonomi lokal digerakkan oleh sektor perdagangan, tambang batubara, perkebunan karet dan kelapa sawit. Bahkan hasil tambang batubara mayoritas diekspor ke Korea Selatan. Apalagi kelak Muara Bungo akan naik derajat menjadi kota administratif, sehingga pasti akan terjadi pemekaran wilayah di daerah ini. Pun, kini sebuah bandara baru tengah dipersiapkan untuk dibangun.
Optimisme Wildan dengan demikian memang menjadi masuk akal. Kendati, toh, pasar koran di daerah ini masih belum mampu beranjak dari kisaran oplah sebanyak 1.500 eksemplar per hari. Mengenai penggunaan mesin cetak yang terdapat di Bungo, akunya, saat ini masih digunakan untuk melayani tiga koran sekaligus. Selain Bungo Pos, juga melayani cetak untuk Radar Bute dan Radar Sarko. Radar Sarko yang berdomisili di Kabupaten Merangin, Jambi, hanya berjarak 70 km dari kota Muara Bungo. Di kawasan Sumbagsel sendiri, koran lokal kabupaten yang relatif paling lama terbit adalah Linggau Pos, sejak 2002 yang menginduk kepada Sumatera Ekspres.
Jawa Pos Grup sungguh sangat agresif menggarap pasar koran di daerah-daerah. Jadi, jangan heran, kalau kawasan Sumbagsel dalam kurun 2 – 3 tahun ke depan akan dipenuhi koran-koran kota dan kabupaten. Menyusul kota-kota propinsi yang sudah dibanjiri dengan koran regional, bisnis, dan metropolitan. Dalam kasus Palembang, misalnya, selain hadir dengan Sumatera Ekspres sebagai ”kapal induk” wilayah Sumatera Selatan, di Palembang masih hadir Radar Palembang (koran bisnis), dan Palembang Pos (koran metropolitan).
Melihat pola penetrasi pasar koran-koran lokal seperti ini, saya yakin pembaca koran akan terus meningkat di daerah-daerah kota dan kabupaten, meskipun dalam beberapa kasus akan mendilusi pembaca koran induk mereka. Toh, ini sebuah implikasi logis dari perkembangan bisnis koran di mana-mana. Malahan, saya percaya betul bakal terjadi keseimbangan baru yang pada titik tertentu akan meningkatkan oplah koran-koran lokal di kota dan kabupaten itu di masa datang. Asal, mereka tidak pernah lelah dan berhenti untuk menghadirkan kualitas produk yang semakin baik, inovatif, dan tetap mengedepankan prinsip-prinsip cost benefit dan efisien. ***
Tnk. To Mr Asmono sebagai rakyat Bungo saya bangga kabupaten yang kecil ini sudah punya 2 koran, jadi kita bisa membandingkan yang prof dan amatiran.
koran lokal di provinsi jambi memang tumbuh bak jamur di musim hujan… dikuasai oleh jawa pos group, dua anak perusahaannya yakni jambi ekspres dan jambi independent telah banyak melahirkan anak-anak perusahaan baru.
jambi ekspres telah melahirkan posmetro jambi (di kota jambi), radar tanjab (di kabupaten tanjab barat dan timur), bungo pos (di kabupaten bungo), jambi star (di kota jambi), sarolangun ekspres (di kabupaten sarolangun), kerinci pos (di kabupaten kerinci), tabloid nuansa (di kota jambi).
sementara jambi independent telah melahirkan radar bute (di kabupaten bungo dan tebo) dan radar sarko (di kabupaten sarolangun dan merangin)
salam kenal dari http://simpanglima.wordpress.com/
jangan salah, kerinci juga memiliki koran daerah namanya Radar Kerinci, berdiri pada desember 2007 koran ini mampu menyajikan yang diingini pembaca, Radar Kerinci juga bagus untuk berpromosi dan kemasannya juga lebih bagus dari Kerinci Pos bahkan Bungo Pos. sekarang rakyat kerinci merasakan perubahan dengan adanya Radar Kerinci. Terima Kasih Radar Kerinci. tetaplah jaya,jadikan perubahan yang lebih baik untuk Bumi Sakti Alam Kerinci.
waaah….Radar Sarko juga koran daerah yang baguss….sekarang koran lokal ini sudah berkembang di jambi, terutama di merangin, sarolangun bahkan kerinci. Radar Kerinci juga menjadi bagian dari Radar Sarko. bagus kok….
Saya sangat senang sekali dengan perkembangan koran2 daerah, terlebih lagi dengan kab muara bungo, yang mempunyai dua koran. jika saya pulang ke muara bungo, bacaan alternatif saya adalah koran terbitan bungo selain koran nasional untuk membaca perkembangan kabupaten bungo yang akan segera berkembang. Melalui koran2 daerah seperti ini saya tahu perkembangan dan informasi terbaru dari kabupaten yang sangat jarang ditemui di koran nasioanl.
Lebih memperkaya pengetahuan daerah…bravo koran daerah
Hidup dunia pers…semoga kian tajam, terpercaya dan aktualdengan berita-berita terhangat dan terbaru
he’
saya sangat bangga muara bungo telah mempunyai 2 koran harian. apalagi untuk harian bungopos yang telah lebih dahulu terbit dari koran2 daerah yg laen dimana selalu menyajikan berita2 dan pelayanan yg baik pada masyarakat bungo pada khususnya dan seluruh masyarakat indonesia pada umumnya dalam penyampaian informasi.
bravo bungopos……
siapa pun dan dimana pun anda dapat membaca harian bungopos karena mereka selalu memenuhi keinginan pembaca dengan moto harian bungopos ala sarapan pagi.
bang web bungo pos apaan se?
yah…yah,,,..yah,…
hebring euy…
bg alamat emailnya koran bungo apa bang?
koran linggau pos menurut saya banyak memuat iklan darapada berita jadi saya sarankan lebih baik banyak memuat berita daripada iklan agar lebih bermutu lagi.sukses to linggau pos. . . !!!!!!!!!!!
hhmmmm…. emang grup jawapos pinter cari celah pada koran lokal.. jangan salah lho walaupun koran lokal tapi perkembanganya bisa diacungi jempol….
bravo ya….
terima kasih jawa pos group.
terimakasih para semua media massa yang telah memberikan pemahaman kepada Rakyat yang selama ini tidak dalam berbagai hal-hal penting.
terima kasih para semua media massa yang telah memberikan pemahaman kepada Rakyat yang selama ini tidak mengerti dalam berbagai hal-hal penting.